Hujan di Bulan Desember [1]

"Axcel!"
Nama itu terus ku teriakkan dan mencoba untuk mengejarnya terdengar helaan nafasku dan perhatian orang sekitar.
ya,Axcel.
Nama orang yang selama ini ku coba tuk capai.tapi,ia bagaikan tak tersentuh bahkan hujan pun enggan ia beri izin.

Axcel yang benci hujan tapi menyukai kopi.
Axcel yang benci musik tapi suka dengan harmoni angin.
Tapi,Axcel yang pernah ku tahu tidak pernah sedetik pun membenci senja.

Entah kenapa ia selalu menyukai senja,memotret keindahannya dengan kamera kesayangannya dan itu yang membuatku makin mencintai Axcel.Apa mungkin karena kami mempunyai hobi yang sama? atau karna memang aku benar-benar menyukainya pada saat pandangan pertama?

Pada akhirnya memang benar.
Ternyata cinta sangat menyakitkan sekaligus membahagiakan.Walaupun badai menerjang pasti ada pelangi setelahnya.Masih terngiang diingatanku Axcel berkata seperti itu tak lupa dengan senyum kepedihannya.

Melihat keluar jendela langit pun masih mengeluarkan kesedihannya seolah-olah ia ikut serta merasakan kesedihan yang aku dan axcel rasakan.mungkin sebaiknya aku tidak perlu mencertikan bagaimana kehidupan yang mungkin kalian beranggapan seperti cerita disinetron atau dinovel-novel romansa lainnya.

Aku bukan dari seorang gadis miskin yang hidup sebatang-kara yang dijual oleh ayahku.
Aku bukan seorang gadis kaya raya dengan harta berlimpah yang dijodohkan dengan lelaki yang setara denganku.
Aku adalah aku.

Adaire Aletha.

Gadis penyuka senja,penggila fotografi dan penyuka secangkir latte.
Jika diingat mungkin tidak ada kelebihan yang bisa didapatkan dari diriku yang cuman mahasiswi jurusan psikologi tahun 2 dan sangat berbeda dengan Axcel yang mempunyai segalanya.
Axcel sangat menyukai perempuan yang cenderung feminim.Berbeda dengan Aletha si cewek urak-urakan yang suka seenaknya dan pamakaian favoritnya adalah jeans serta jaket denim.

Axcel sangat menyukai Melody.
Si Primadona Kampus yang anggun,feminim tanpa makeup ia masih kelihatan cantik.
Sungguh sangat berbeda dengan Aletha.

Mengingat hal itu hanya membuatku tersenyum miris dan memilih menjadi diriku sendiri.
Yah memang inilah adanya seorang Adaire Aletha dan mungkin tidak akan bisa setara dengan seorang Axcelio Perdana.



Komentar